Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2024

Biografi Amelia Azura

Gambar
Nama saya Amelia Azura, saya lahir pada tanggal 1 Juli 2006 di Dumai. Sejak kecil hingga saat ini, saya tinggal di kota Dumai, Provinsi Riau. Saya anak ketiga dari 3 bersaudara. Sejak SD saya sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan bacaan dan tulisan, sehingga saya banyak membuat karya tulis untuk menyalurkan bakat saya.

Kepada yang Tak Abadi

Gambar
  Desiran ombak menari kesana kemari  Memberikan sajian yang amat penuh arti Rona jingga itu telah datang  Waktu dimana membelenggu banyak insan  Setelah pergi, rona itu berubah gelap Menyisakan keheningan  Dan kekosongan Bintang gemerlap, namun kan redup Laut yang tenang, akan bergejolak Kehidupan ibarat embun pagi Sejenak indah, lalu menguap Bak daun yang terlepas dari ranting Tersapu angin, pergi tanpa jejak Di bawah langit yang sama Kita merangkak, berjuang dan berharap Namun segala yang kita genggam, Akan lenyap, menjadi kisah usang Namun, dalam ketidakabadian ini Ada keindahan yang tak ternilai Momen singkat yang penuh arti Yang memberi warna pada hari-hari Karya : Amelia Azura #WorkshopSman1Dumai

Paras Dibalik Topeng

Gambar
  Netra itu tersenyum kala berhadapan dengan sebuah cermin Riasan merah bersemayam elok di paras moleknya Sang jemari tertuntun membelai cermin  Aku sudah siap  s epintas kalimat yang terucap oleh sang empu  Dia terjatuh Bukan ke tanah Dia terluka Batinnya tersiksa Dia menangis Tanpa suara Pedih Pedih Pedih Sampai kapan cermin malang itu menjadi saksi bisu Sampai kapan paras itu bersembunyi dibalik sebuah topeng Menyimpan segala duka  Kepedihan yang tiada tara Menampilkan sang mutiara Walau hanya dusta belaka Amelia Azura #RuangWorkshopSman1

Raga yang Hilang

Gambar
  Penglihatan sayup mengawali pagi yang sunyi Surai yang berhamburan menggambarkan perihal hatinya Kusut, tak berbentuk, hancur berkeping-keping Hingga bulir bening lolos menapak jejak di pipi merahnya Sang empu terisak tanpa suara Sang hati teriak tanda dalamnya luka Lisan tak sanggup berkeluh Peluh tak sanggup ditahan Jemari menggenggam erat tenunan  Berharap raga sang pemilik masih setia

Budaya Melayu

Gambar
  Di tepian sungai yang tenang berdesir Riak-riak air bagai syair bersenandung Budaya Melayu terpahat indah dalam pasir Tercermin di jiwa, di sanubari yang agung Pantun dan syair beralun merdu Mengalir di dalam darah, melekat di hati Kearifan lokal yang abadi selalu Menjadi warisan turun-temurun yang lestari Gambus bertalu dalam ritme lembut Mengiring tarian, langkah gemulai Pakaian adat berbalut benang sutra berbutir Menampilkan keindahan, anggun bak permai Kain songket dijahit tangan halus Corak tenunan bercerita tentang leluhur Setiap helai benang bagaikan mawar mengharum Memancarkan sejarah dalam benang yang akur Sastra Melayu terukir di daun lontar Kisah Hikayat dan Gurindam tersirat makna Petuah bijak tersemai di lubuk hati Jadi pedoman hidup, jadi panduan di senja Di bawah sang bagaskara yang terang Budaya Melayu tetap teguh berdiri Menyambut masa depan dengan tegas dan gemilang Warisan luhur takkan pernah pudar lestari

Sekolah Siaga Kependudukan

Gambar
  Di gerbang ilmu, kami bersatu padu Menimba pengetahuan, di bumi ibu pertiwi Sekolah siaga, harapan terpadu Bersemai peluh, meraih sebuah arti Sekolah siaga, tempat kami belajar Tentang pentingnya, manfaat kependudukan Menyulam asa di atas harapan Menyemai cinta, dalam setiap tindakan Dengan peta di tangan, kita belajar Membaca dunia, melukis sadar Menyatu dengan alam, takkan buyar Berkembang dalam harmoni, tanpa gentar Bak sungai mengalir ke laut Ilmu kependudukan tak pernah surut Mengalirkan hikmah di setiap sudut Menciptakan generasi yang patut disalut Dalam hembusan angin pengetahuan Grafik kependudukan, terukir elok di atas kanvas putih Analisis keadaan dengan penuh keyakinan Membangun negeri dengan penuh dedikasi Bersama kita melangkah pasti Dalam sinar ilmu yang hakiki Menuju hari esok yang lebih berseri Sekolah siaga kependudukan, kau selalu di hati

Merdeka Berprestasi Talenta Seni Menginspirasi

Gambar
  Sungguh rancak si anak dara Mengalungi prestasi, menggenggam untaian puji Semua aksa tertuju pada dirinya  Menjadi objek, alasan senyum bersemi Kini aku mengerti makna bersinar seperti bintang Menjadi pusat perhatian tak henti mata memandang  Untaian tuturan berhimpun bak lantunan Mengiringi perayaan hasil kemenangan  Jiwa melayang berangan-angan Siapa yang tak mau menjadi sangat pujaan Tangan dan pikiran kini bergerak lihai Menentukan hasil yang akan didapati Kuukir hikayat adiluhung di kanvas imajinasi  Seringai manis terpancar jelas pada eloknya paras  Tergambarkan secercah estimasi dan motivasi  Yang akan diterapkan dengan aksi dan doa yang selaras Terampil dan kreatif adalah sebuah solusi Tuk jadi insan yang mandiri dan juga berprestasi  Tak piawai janganlah jadikan hambatan Karya ilmiah tak muncul tanpa alasan Pena dan jemari ibarat sebuah pondasi  Yang kokoh membangun goresan yang abadi Setiap impresi goresan, sebuah riwayat tengah t...

Kanvas Putih

Gambar
Benda itu kini telah kehilangan jati dirinya Dari putih, hingga berisi warna pelangi Dari kosong, hingga berisi banyak coretan Aku melangkah menuju singgasana  Menuai kehangatan pada penopang ragaku Ku tuntun langkah menuju tilam Menjatuhkan diri hingga aku terlelap Teringat masa dimana sebuah hikayat terulang Memikul coretan yang teramat memberatkan pundak Pundak yang tegak, terpaksa dibawa jatuh Pundak yang ringan, terasa penuh dengan beban  Perjalanan hidup, bak gambaran yang terukir di kanvas putih

Mencari Arah

Gambar
  Gelap Gelap yang daku rasakan  Arah mana yang harus ku tempuh Tuk temukan senyuman sang bagaskara  Berbelok-belok, turun dan naik, tajamkan indra Hingga kutemukan sebuah arah ditengah kegelapan Yang menghantarku ke jalan baswara